Tuesday, November 16, 2010

Membunuh Perilaku Hewani (Refleksi Menyongsong Idul Adha 1431 H)



Sejarah Kenabian Ibrahim a.s. dengan putranya, Ismail a.s. merupakan muasal tonggak ajaran Islam untuk berkurban. Dalam sejarah tersebut, betapa beratnya untuk mengorbankan anak kandung tercinta.
Padahal anak tersebut sangat dirindukan. Sebab, sampai pada usia tua Nabi Ibrahim a.s. masih sangat sulit mendapatkan keturunan. Sehingga menimbulkan keresahan karena khawatir siapa yang akan menjadi penerus bagi tugas kenabian.

Anak yang dicintai, Ismail a.s. yang masih muda belia dan lucu-lucunya untuk diajak bermain, harus disembelih. Demikian perintah yang diperoleh sang ayah. Dan hal itu dikabarkan kepada istri maupun anak tercinta. Ini merupakan perintah yang tidak bisa diabaikan. Sebab, sebagai Nabi tentunya mempunyai syariatnya tersendiri. Dengan amat berat disampaikan juga kepada keduanya; istri dan anaknya. Lalu, apa yang dijawab sang anak. Sungguh, di luar dugaan. Kalau hal itu merupakan perintah Allah swt, maka saya akan siap untuk dikurbankan. Demikian jawaban anak. Subhanallah! (lanjut...)

Persembelihan itupun dilaksanakan. Allah swt. telah mempunyai rahasia yang luar biasa yang tidak diketahui oleh siapapun. Lalu ketika, Ismail a.s. disembelih, digantikan dengan seekor kibas/domba. Kibaslah yang disembelih Nabi Ibrahim a.s. jadilah yang dikurbankan itu merupakan seekor hewan. Sampai kini, tradisi kurban tersebut adalah hewan ternak sapi, kerbau, unta, kambing, domba, ataupun sejenisnya.

Banyak pelajaran yang bisa diperoleh dari kisah kenabian tersebut. Ada orang tua yang patuh kepada perintah Allah, begitu juga dengan anaknya. Dan ada pula kisah pengabdian dan bakti Sang Anak kepada orang tuanya. Semua itu dibingkai menjadi kisah yang mengharu-birukan sesungguhnya. Kisah yang dipenuhi dengan pengabdian yang tiada terkira dari seorang hamba yang terpelihara dari sifat dan sikap yang buruk.

Perilaku Hewani pada Manusia

Ada juga pelajaran lain yang bisa diambil sebagai hikmah dari peristiwa yang mengharu-biru tersebut. Peristiwa itu adalah dengan memotong seekor hewan. Hewan merupakan bentuk makhluk yang dalam posisi kurang sempurna jika dibandingkan dengan manusia. Hewan mempunyai hawa nafsu, tetapi tidak mempunyai pikiran. Sedangkan manusia dibekali dengan hawa nafsu, ditambah lagi dengan pikiran. Jadilah manusia sebagai makhluk yang sempurna.

Keadaan manusia sesungguhnya berada di antara malaikat dan hewan. Dikatakan demikian dikarenakan jika manusia dapat berbuat baik sebagaimana ketentuan dan perintah Allah swt. dengan mengendalikan hawa nafsunya, maka dia dapat dikategorikan sebagai makhluk yang lebih baik dari malaikat. Manusia yang bisa membuat hawa nafsunya terkekang demi mendapatkan ridho Allah, maka dialah yang menjadi yang terbaik.
Hal inilah yang dianjurkan oleh agama Islam. Sehingga Islam menempatkan manusia pada posisi yang lebih baik jika individu tersebut dapat mengelola hawa nafsunya dan akal-pikirannya.

Namun sebaliknya, ada manusia diperdaya oleh hawa nafsunya. Hawa nafsunya saja yang diperturutkan. Jika hal itu terjadi, maka semuanya yang dilakukan adalah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama. Nilai-nilai agama dilanggar, dan tidak ada sedikitpun kepatuhan yang dilakukannya sebagai manusia. Sehingga terlihat dengan nyata bahwa perilaku yang ditunjukkan itu lebih buruk daripada hewan. Sungguh luar biasa buruknya perangai yang seperti itu. Tragisnya, hal itu ada. Dan hal itu diperlakukan sebagai sesuatu yang tidak merasa berdosa.

Secara nyata perilaku hewani tersebut dilakukan dengan jelas. Pembunuhan, penganiayaan, tindakan kriminal, ataupun tindakan lainnya yang mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan juga telah dilakukan. Sehingga terlihat sekali bahwa perilaku yang biasa ditunjukkan oleh hewan/binatang, juga telah lazim dilakukan oleh sebagian manusia. Hal itu pula yang membuat sangat sukar membedakan perilaku manusia dengan hewan tersebut karena sama kejamnya, sama sadisnya, sama bejatnya, serta sama dan sebangun dengan hewan itu sendiri perilaku yang ditunjukkan. Bahkan jauh sebelumnya, hal itu juga ditunjukan oleh kedua anak Nabi Adam a.s.; Habil dan Qabil yang harus saling bersibunuh demi untuk memenuhi keinginannya. Itu merupakan peristiwa pembunuhan yang pertama dalam sejarah peradaban umat manusia.

Perilaku kehewanan manusia terus mengalami perubahan bentuk. Dan sampai kepada yang paling keji. Juga telah dilakukan oleh manusia saat ini. Hukum dan norma yang dibuat untuk mencegah terjadinya hal tersebut, juga tidak dapat dijadikan penghalang terjadi peristiwa yang a-manusia tersebut. Lebih celakanya lagi, hal itu saat ini telah diekspos oleh media sebagai sesuatu yang lumrah; lazim; dan itulah media yang selalu menghadirkan sensasi.

Membunuh Perilaku Hewani

Dari peristiwa pengorbanan yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s. bersama Nabi Ismail a.s. ini dapat pula dipahami bahwa ada yang perlu dihilangkan dari dalam jiwa manusia. Sebab, manusia dilengkapi dengan hawa nafsu yang membuat manusia tergelincir ke dalam lembah kenistaan yang luar biasa. Yang perlu dihilangkan tersebut adalah sifat-sifat hewaniah yang melekat pada diri manusia. Sifat hewaniah itu harus dihilangkan.

Dengan membaca fenomena peristiwa sosial yang ada di tengah masyarakat dunia, dapat dilihat beberapa perangai a-manusia yang sangat luar biasa. Perilaku hewaniah menjadi sesuatu yang biasa disaksikan; terlebih dengan ekspose media massa. Pembunuhan, perkosaan, perang antar-kampung, pencurian, memakan hak orang lain, ataupun perilaku yang didasari oleh sifat-sifat hewaniah itu ada dan nyata di tengah masyarakat berlangsung sampai saat ini.

Sesungguhnya, perilaku hewaniah yang sedemikian itu merupakan simbol bahwa manusia itu masih kurang terhormat jika dibandingkan dengan hewan. Manusia berada pada posisi di bawah hewan. Itulah yang semestinya dipahami. Oleh karena itu, maka manusia harus pula memahami bahwa ada sikap-sikap yang semestinya dihilangkan agar manusia itu bisa terhormat.

Diperlukan kesadaran yang tinggi untuk bisa membunuh perilaku hewaniah tersebut. Manusia harus menjauhi perilaku yang tidak layak dilakukan manusia tersebut. Secara naluriah, manusia akan dapat memastikan bahwa hal yang dilakukan itu merupakan penyimpangan atau bukan. Sebab, manusia dibekali dengan hati nurani yang bisa menjadi alat kontrol untuk memperbaiki diri. Ketika dirinya melakukan sesuatu yang buruk, maka jiwa akan merana. Jiwanya akan terbebani oleh beban psikologis yang berat. Itu manusiawi. Namun, jika ada manusia yang melakukan suatu perilaku hewaniah tetapi hatinya tidak merasa sedih, maka hal itu sebagai pertanda bahwa nilai-nilai kemanusiaannya sudah berubah wujud menjadi nilai-nilai hewaniah. Sungguh sangat disayangkan jika ada yang seperti itu.

Kiranya, masih ada waktu untuk berbenah diri. Masih ada waktu untuk membunuh seluruh sifat-sifat hewaniah yang ada. Masih ada waktu untuk menuju perbaikan diri. Karena itu, pergunakanlah waktu yang belum tahu berapa lama sisanya. Sebab, usia yang ada merupakan sisa-sisa dari jatah yang telah dijanjikan untuk setiap diri. Mulailah dari sekarang.

Sebab, belum tentu ada besok kita masih menikmati matahari terbit. Tidak ada yang tahu. Karenanya, pergunakanlah waktu yang tersisa untuk mem bunuh sebanyak mungkin sifat hewaniah yang ada pada diri kita sendiri.

Penutup

Idul Adha; atau yang menyebutnya dengan Idul Kurban merupakan manifestasi untuk membunuh perilaku hewaniah yang melekat pada diri manusia. Hal itu merupakan simbol untuk menjadikan manusia menjadi suci kembali. Kesadaran mendalam sangat diperlukan untuk memahami sifat hewaniah tersebut. Dengan kesadaran itulah maka manusia akan menjadi lebih baik. Pelajaran yang bisa dipetik dari Idul Kurban kiranya dapat mengantarkan pada pribadi yang berakhlakul karimah.

Selanjutnya, bagi yang berkurban yang diharapkan adalah berkurban dengan ikhlas; semata-mata mengharap ridho Allah swt. Sebab, nilai yang tertinggi di mata Allah swt. adalah ikhlas. Tidaklah pula darah dan bulu hewan kurban itu menjadi penebus dosa bagi yang berkurban. Semata-mata keikhlasan itulah yang dinilai. Tidak lain. Selamat berkurban! Selamat Idul Adha 1431 H!

Oleh : Ks. Min Sergai

sumber: http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=75920:membunuh-perilaku-hewani--refleksi-menyongsong-idul-adha-1431-h-&catid=78:umum&Itemid=139

1 comment:

agenkpd said...

huakakakaka... minal aidin din... ^^... maen2 ke blog lw ah... lalalalala.... dapet daging brp kilo lw kmaren?